Panpel Indonesia Open Sudah ke Konsultan Eropa soal Indonesia Arena
Menpora Dito Ariotedjo memberikan komentarnya setelah Indonesia Open 2024 tak jadi digelar di Indonesia Arena Gelora Bung Karno (GBK) karena persoalan infrastruktur pencahayaan.
Indonesia Open, BWF World Tour Super 1000, sejatinya telah diputuskan diselenggarakan di Indonesia Arena , pada 4-9 Juni mendatang. Pengumuman terkait perpindahan dari Istora ke Indonesia Arena telah dinyatakan pada saat Indonesia Open tahun lalu.
Namun pada akhirnya rencana itu dibatalkan dengan alasan infrastruktur pencahayaan dari venue yang dibangun pada 2022 itu tak sanggup menampung kebutuhan alat pencahayaan pertandingan ajang tersebut.
PPK GBK, melalui Pelaksana tugas Kepala Unit Indonesia Arena Iis Haerudin, mengatakan untuk menggelar Indonesia Open dibutuhkan pemasangan 12 rigging lampu dengan beban berat 8-12 ton. Dan itu tak sanggup ditampung bagian atap Indonesia Arena.
Baca juga: Istora GBK Bersolek Sambut Kembalinya Indonesia Open 2024 |
Adapun batas rekomendasinya yang disarankan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ialah 2,5 ton.
Menpora Dito telah mengetahui terkait pembatalan pemakaian Indonesia Arena untuk Indonesia Open 2024.
“Iya betul, jadi saya sempat tanya kepada penyelenggara Indonesia Open, ternyata di Indonesia Arena itu tidak ada bisa untuk menggantung lampu, riggingnya tak bisa. Bahkan mereka kemarin sempat cari konsultan lighting ke Eropa tapi kayaknya belum menemukan solusinya,” kata Dito kepada detikSport.
“Ya memang Indonesia Arena waktu itu didesain sebenarnya lebih untuk basket dan konser. Mungkin harus dipikirkan nanti bagaimana masalah lampu, karena murni hanya sebatas teknis, masalah lighting,” lanjutnya.
Baca juga: PPK GBK Upayakan Indonesia Open Selanjutnya di Indonesia Arena |
Pembatalan penggunaan Indonesia Arena membuat panitia pelaksana Indonesia Open 2024 terpaksa kembali ke Istora GBK. Padahal, tujuan pemindahan saat itu sekaligus untuk mengakomodir minat tinggi badminton lovers terhadap turnamen olahraga tepok bulu tersebut.
Menilik kapasitas kedua gedung olahraga itu, Istora menampung 6 ribu sampai 7 ribu. Sedangkan Indonesia Arena dapat mengakomodir dua kali lipatnya yaitu sekitar 16.088 kursi.
“Ya, saya sedang menunggu juga kira-kira membutuhkan infrastruktur apa yang nantinya dapat untuk menyinari lapangan badmintonnya jika di Indonesia Arena. Dan itu pasti akan kita coba modifikasi dan upgrade lah,” kata Dito.
Baca juga: Indonesia Open Batal di Indonesia Arena, Ini Kata PPK GBK |